Paham
betul bagaimana para sosial menyoal, bagaimana masyarakat berpendapat, bahwa
supel adalah yang paling super.
Dan aku tidak.!
Sejenisku
mungkin yang tak baik bagi mereka, egois, individualis. Sejenisku, yang tak
mampu lebih baik dalam berkarya bersama orang, mungkin adalah sisi kehidupan
gelap yang merepotkan, menyebalkan.
Mereka bilang aku introvert!
Mereka
hakimi aku intrapersonal. Mereka mencaci tanpa devinisi. Mereka menilai tanpa
rubrik yang pasti. Bahkan tak mampu jelaskan beda dari keduanya. Mereka
menuntuktu berubah, Tapi tak pernah pandang ubah atau belumkah. Tapi tak pernah
tau bahwa seni sebuah perubahan Tak sesederhana membalikkan telapak tangan dari
menutup lantas membuka.
KAWAN, …!!
Pernahkah
kalian pahami mengapa aku begini? Aku tak pernah memintanya ada dalam diriku.
Aku tak pernah berjuang pertahankan ini untukku. Dan bahkan aku tau, masyarakat
di mana aku bertempat, Tak juga dengan senang memberi restu pada bagaimana aku
bersifat.
kawan, …!
Pernahkah kalian tau upayaku?
Bagaimana
kalutnya jiwa ketika ego dan niat perubahan bertemu adu? Aku tak diam. Sungguh.
Aku berusaha berubah meski tak bicara. Aku mencoba menata sikap dan meluruskan
apa yang tak baik.
TAPI MAAF, JIKA SEGALANYA DI
MATA MU JUA TAK SEMPURNA.!
TAPI MAAF, JIKA SELURUHNYA
DIPANDANGMU TETAP SALAH.!
Ketika
aku diam, aku bukan sedang tak ingin bercakap denganmu. Aku hanya tengah
memilah diksi agar tidak melukaimu, sebagaimana kau kerap melukaiku.
KETIKA AKU BERSIKAP DINGIN,..!
aku
bukan sedang acuh tak acuh padamu. Tapi aku tengah kendalikan diri akibat
perang dan gejolak dalam jiwaku. Dan ketika aku bicara manis, boleh saja kau
anggap aku pengemis, pengemis pengertian.
Tapi
sebenarnya aku tengah dalam belajar untuk mampu memahamimu, berinteraksi
denganmu.
CERCA, YA, CERCA SAJA
DIRIKU..!
Berpendapatlah
tentangku. Tapi mohon, jangan usik belajarku dengan kesewenanganmu,
WAHAI INSAN..!!
yang merasa lebih baik, tanpa introvert, tanpa intrapersonal.